Add caption |
Pihak Kerajaan Aceh Darussalam telah memperkirakan peperangan menghadapi Belanda akan berlangsung lama. Karenanya, Teungku Cik Pante Geulima Syekh Ismail bin Yakub mendapat mandat mengunjungi Tanah Batak dan Tanah Karo untuk perlawanan menghadapi Belanda. Tugas tersebut dilaksanakan Syekh Ismail dengan mengikutsertakan 400 pasukannya ke wilayah Batak Karo. Di dalam pasukan tersebut terdapat ulama, juru dakwah, dan ahli peperangan. Setiba di wilayah Batak dan Karo, Syekh Ismail bin Yakub mengadakan kontak dengan pemimpin-pemimpin setempat. Salah satunya dengan Pahlawan Batak, Sisingamangaraja XII.
“Misi Teungku Cik Pante Geulima (Syekh Ismail bin Yakub) di Tanah Batak dan Tanah Karo ada dua, yaitu pertama menganjurkan para pemimpin dan rakyat di kedua daerah itu untuk bertempur bersama Aceh melawan kolonialis Belanda, dan kedua melaksanakan dakwah Islamiyah,” tulis Ali Hasjmy dalam bukunya Ulama Aceh, Mujahid Pejuang Kemerdekaan dan Pembangun Tamaddun Bangsa.
Apa yang disampaikan Teungku Cik Pante Geulima mendapat respon positif dari pemimpin Tanah Batak dan Tanah Karo, terutama dari Sisingamangaraja XII. Selesai menjalankan tugasnya selama enam bulan di daerah tersebut, Teungku Cik Pante Geulima kembali ke Aceh.
Ia meninggalkan seratusan pasukan, termasuk para panglima andalan, untuk membantu Sisingamangaraja XII dan pemimpin Tanah Batak serta Tanah Karo lainnya. Tidak lama setelah Teungku Cik Pante Geulima meninggalkan daerah tersebut, perang kolonial pun pecah sekitar 1878. Seperti diketahui, Sisingamangaraja XII berjuang dengan gagah perwira mengusir Belanda dari Tanah Karo dan Tanah Batak hingga akhir hayatnya. (sumber)
0 Comments